HOME | SEARCH | LOG IN | SIGN UP
Perkenalan Konsultasi Pendidikac Kegiatan Pelayanan Kesehatan Media Pengumuman
Catatan/pengumuman
Program terbaru
Jadwal kegiatan
Photo
kolom
Links to Related Sites
- Seoul
- GyeongGi-Do
- InCheon
- GwangJu
- DaeGu
- BuSan
- GangWon
- GyeongSangNam-Do
- GyeongSangBuk-Do
- JeolLaBuk-do
- JeolLaNam-do
- ChungCheongNam-Do
- ChungCheongBuk-Do
- JeJu-Do
Hiburan
 Home > Pengumuman > kolom > Pesan F-16 Lawas Seharga Rp 1,4 T

    Pesan F-16 Lawas Seharga Rp 1,4 T
    Admin     2008/02/26 10:38 am
  1203967126b.jpg(16.28KB)  Downloaded: 1128

Pesan F-16 Lawas Seharga Rp 1,4 T

JAKARTA - Kunjungan Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Robert M. Gates kemarin (25/2) langsung ditindaklanjuti Indonesia dengan memesan enam pesawat tempur ke negara adidaya itu. Robert M. Gates tiba di Istana Kepresidenan pukul 14.00. Dia disambut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di depan ruang tamu Kantor Presiden.

Saat disalami SBY, Gates menyodorkan tangan kiri. Sebab, tangan kanan Gates harus digendong dalam kondisi digips karena patah tulang setelah terjatuh di rumahnya di Washington pekan sebelumnya. Selama satu jam, Gates berdiskusi dengan SBY yang didampingi Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono.

Kepada wartawan, Juwono menjelaskan, AS akan memberikan bantuan alutsista (alat utama sistem persenjataan) kepada Indonesia. Salah satunya adalah bantuan untuk memperbarui pesawat Hercules dan F-16. Namun, yang hampir konkret adalah meng-upgrade empat pesawat F-16 milik Indonesia dan memesan enam unit pesawat F-16.

Empat pesawat F-16 milik Indonesia merupakan pesawat buatan 1970-an atau generasi pertama. Enam pesawat yang akan dipesan adalah F-16 generasi keempat buatan 1990. "Kalau yang baru sekali, saya kira tidak. Yang baru sekali terlalu mahal. Tak lebih dari 15 tahun. Tapi, generasi 90-an yang disebut generasi ke-4 tentu kami pertimbangkan. Tidak terlalu baru, tapi tidak terlalu lama," terang Juwono.

Pembelian pesawat baru itu, lanjut Juwono, dilakukan karena ke depan RI harus memperhatikan kesetaraan pesawat tempur yang dimiliki Indonesia dengan negara-negara tetangga. Jangan sampai Indonesia tertinggal terlalu jauh dengan negara tetangga di bidang pertahanan. Apalagi wilayah Indonesia sangat luas.

Kalau enam F-16 generasi keempat jadi dibeli, berarti Indonesia akan memiliki sepuluh F-16. Harga pesawat tersebut masing-masing USD 30 juta atau Rp 273 miliar (kurs USD 1 = Rp 9.100). Itu merupakan harga untuk pesawat dan senjatanya. Kalau enam unit, berarti totalnya sekitar Rp 1,422 triliun. Namun, Juwono mengatakan harus berkonsultasi dahulu dengan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani. "Pastinya nanti bergantung berapa saya dapat dari Menkeu," katanya.

Menurut Juwono, keenam pesawat F-16 itu akan dibeli dalam kurun waktu 4-5 tahun mendatang. Sistem pembeliannya dua alternatif, yakni FMS (foreign military sales) atau FMF (foreign military financing). Jika alternatif kedua (FMF) yang dipakai, skema pembiayaannya masih harus dibahas secara detail. Terutama, persentase bunga dan jangka waktu pelunasan. Sebab, Menteri Keuangan Sri Mulyani sedang berjuang untuk menyelamatkan APBN yang terancam kolaps karena harga minyak meningkat.

Kerja sama lain yang akan dilakukan dengan militer AS adalah surveillance. Bentuknya berupa bantuan teknis pemasangan radar di tujuh titik atau selat di Indonesia untuk polisi air, udara, maupun angkatan laut.

Menurut Juwono, AS membantu Indonesia karena melihat kemampuan efektif TNI perlu ditingkatkan, baik alat angkut transportasi maupun pesawat tempur. Juwono juga membantah bahwa hal itu terkait dengan persaingan penjualan alutsista antara AS dan Rusia.

"Tidak ada persaingan apa pun. Sebab, Indonesia negara yang penting, baik dari segi kepentingan strategis politik, ekonomi, maupun hankam. Amerika tidak keberatan Indonesia memakai alat tempur dari Rusia," kata Juwono.

Menhan Robert Gates kepada wartawan di Kantor Presiden mengatakan bahwa pertemuan dengan SBY membahas berbagai isu. Mulai soal demokrasi hingga kerja sama militer. "Secara khusus, AS mendukung reformasi TNI Indonesia. Khususnya, dalam mengembangkan kapabilitas alat angkut udara dan maritim. Bisa dengan cara pelatihan, juga penyediaan peralatan. Amerika siap membantu apa pun yang kami bisa," jelas Gates.

Soal kendala birokrasi dalam pembelian alutsista di AS, Gates mengakui masih ada. Namun, dengan iktikad baik dan kerja keras, Gates berjanji menyelesaikan masalah tersebut dengan Departemen Keuangan AS. "Banyak hal yang kami hadapi berhubungan dengan regulasi. Kami mungkin akan membahasnya dan bertanya kepada Kongres AS tentang hal ini," kata Gates.

Dalam kesempatan tersebut, Gates ditanya soal kontroversi buku Menkes Siti Fadilah Supari yang berjudul Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung. Dalam buku itu, Menkes menuduh AS memakai sampel virus H5N1 untuk pembuatan senjata biologi.

Gates langsung membantah tudingan tersebut. Menurut Gates, dalam pertemuan dengan SBY, sama sekali tidak dibahas soal buku Menkes. "Tidak benar pemerintah Amerika membuat senjata biologis dengan virus H5N1. Saya sangat tidak setuju dengan tesis yang disampaikan menteri (Menkes Siti Fadillah Supari, Red) itu," tegasnya. (tom/nue/rdl/kum)



1203967126b.jpg
 Filesize:  16.28 KB
 Viewed:  1128 Time(s)

1203967126b.jpg

view list 

Jump to:  


KMcenter 137-1 Garibong 1 Dong, Guro-Gu, Seoul.
Copyright by 2004 MigrantWorkers Center in Korea. All right, reserved. Representative : Son Jong Ha
Supported by ONTOIN